Starring: Russell Crowe, Ed Harris, Jennifer Connelly, Christopher Plummer, Paul Bettany
Tahun 1947, John Nash (Russell Crowe) memulai pendidikannya
di bidang matematika di Princeton University. Bersama banyak para jenius yang
berlomba-lomba menerbitkan buku, bahkan melakukan riset dan penemuan yang
berarti bagi dunia, Nash pun berjuang untuk menemukan ide asli yang berbeda
yang bisa membuatnya menonjol. Alih-alih belajar di kelas, Nash lebih banyak
melakukan penelitian di lapangan. Namun, pada akhirnya Nash berhasil membuktikan pada dunia dan berhasil mencapai
cita-citanya untuk menjadi bagian dari Wheleer Laboratory yang bergengsi.
Meski demikian, hubungan Nash dengan
manusia tidak sebaik hubungannya dengan buku. Satu-satunya sahabat adalah
Herman Charles (Paul Bettany), teman sekamarnya di kampus. Jika diperhatikan, ada yang janggal
dari Charles, selain tidak sungguh-sungguh belajar sebagaimana mahasiswa Princeton
yang lain, Charles juga sering datang dan pergi sesuka hati. Dan dengan wanita,
Nash malah pernah ditampar, sehingga membuatnya trauma untuk mendekati wanita.
Tapi tidak dengan Alicia (Jennifer Connelly), mahasiswi cantik yang tidak kalah cerdas yang
kemudian menjadi istrinya.
Suatu ketika, setelah sukses memecahkan
kode yang diminta Pentagon, Nash ditunjuk menjadi agen rahasia oleh William
Parcher (Ed Harris) yang disebutnya Big Brother. Pekerjaan yang rumit dengan resiko tinggi
membuat Nash begitu ketakutan. Ditambah kondisi istrinya yang sedang hamil,
membuat Nash ingin mundur. Namun Parcher menolak bahkan mengancamnya.
Di lain waktu, Nash malah ditahan oleh Dr
Rosin (Christopher Plummer), ahli kejiwaan yang mengatakan Nash mengidap schizophrenia, gangguan jiwa
dengan gejala paranoid dan halusinasi yang berlebihan. Dari sini kesetiaan
Alicia diuji. Ketika hampir semua orang menganggap Nash gila, Alicia tetap
mendukung dan dengan rasional menunjukkan pada Nash perbedaan antara imajinasi
dan kenyataan.
Ada masa dimana Nash sengaja tidak
mengkonsumsi obat sebagaimana seharusnya, yang kemudian mengantarnya pada
masalah dan bagaimana menyelesaikannya. Sampai pada masa ia berani
bersosialisasi dengan kembali ke kampus. Nash berhasil mengabaikan delusinya.
Bukan itu saja, dunia pun mengakui keberhasilannya atas berbaagai penemuannya
sehingga pada tahun 1994, Nash dianugerahi Nobel.
Inspirasional. Sama seperti Nash, film ini
juga sangat cerdas. Meski agak sedikit berat tapi mampu membuat mata tak
berkedip. A beautiful mind, benar-benar indah. Menyentuh tapi tak membuat iba.
Malah membuat takjub dan menimbulkan keinginan untuk belajar terus dan terus.
Bahwa menjadi jenius itu anugrah. Tapi dengan ketekunan siapapun bisa. Dan sebagai
makhluk sosial, manusia perlu bersosialisasi, agar terjaga kemanusiaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar